Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional (Filosofi Pendidikan Indonesia)

 Hai readers, perkenalkan namaku Putri Mawarni biasa dipanggil Putri atau Uti. Saya tinggal di Lhoknga, Aceh Besar lebih tepatnya di lorong Pantai Cemara Lhoknga. Saat ini saya berprofesi sebagai salah satu mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Syiah Kuala (USK). Sebelum menjadi mahasiswa PPG saya juga berprofesi sebagai guru honorer pada salah satu sekolah Madrasah Aliyah Swasta yang ada di Aceh Besar dan Banda Aceh. Baiklah, disini aku akan menceritakan sedikit mengenai alasanku mengenyami dunia pendidikan keguruan, menjadi guru serta sedikit hal yang berkaitan dengan pendidikan di Inonesia (Filosofi Pendidikan Indonesia).

Guru merupakaan salah satu pekerjaan yang mulia kata ayahku, dan inilah alasan utama kenapa diriku menjadi guru, dan memilih melanjutkan kuliah di PPG. Seiring berjalannya waktu aku mulai mencintai profesi ini dan memiliki alasan pribadi mengapa aku harus menjadi guru. Jadi readers, alasan pribadiku untuk tetap menekuni hal ini yaitu karena aku ingin mengubah pola pikir peserta didik yang kurang menyukai bidang sosial dan kebetulan di sini aku merupakan guru bidang studi mata pelajaran Sejarah. You know lah readers, banyak peserta didik yang menganggap pelajaran padabidang sosial itu tidak penting dan gaya belajarnya sangat monoton dengan metode ceramah yang dirasa oleh mereka kurang menarik belum lagi dengan catatan yang guru berikan begitu banyaknya.

Nah readers, sebelum aku ingin merubah pola pikir itu tentu saja aku harus mengetahui dulu dong mengenai sejarah pendidikan di Indonesia tercinta ini atau lebih tepatnya filosofi pendidikan Indonesia tercinta ini. Maka langkah awal yang aku lakukan adalah mencari segala referensi yang ada baik bacaan, maupun video yang berkaitan dengan hal tersebut. Dengan demikian akan mudah bagi aku maupun kalian para guru untuk mengetahui langkah yang tepat untuk memperbaiki belenggu yang ada pada praktik pendidikan di Indonesia khususnya di tempat readers mengajar jika readers seorang guru. JJJ

            Tau gak kalian reders ternyata pada awalnya kita rakyar pribumi tidak secara menyeluruh berhak mendapatkan pendidikan. Pada masa kolonial orang yang paling berhak mendapatkan pendidikan adalah anak-anak dari bangsa Eropa itu sendiri, sementara kita rakyat pribumi yang boleh bersekolah hanyalah orang-orang yang dianggap nantinya dapat membantu urusan perdagangan para Kolonial Belanda saja yang disekolahkan itu-pun hanya diajarkan membaca, menghitung, dan menulis saja. Adapun orang lain dari rakyat pribumi yang bisa bersekolah adalah anak-anak dari kerajaan maupun anak dari orang-orang yang memiliki jabatan tinggi pada masa itu.

            Pada tahun 1854  ada sekolah yang dibangun oleh Bupati yaitu sekolah Bumi Putera pada masa itu sekolah ini hanya terdiri dari 3 kelas, adapun pelajaran yang diajarkan hanya menghitung, membaca, dan menulis juga. Orang-orang yang tamat dari sekolah ini nantinya akan bekerja sebagai pegawai Belanda. Hari demi hari berganti maka muncul-lah orang-orang terpejar Indonesia yang memiliki pemikiran bahwasanya anak bangsa harus cerdas agar kita bisa maju dan merdeka. Kecerdasan nantinya akan membantu kita untuk meraih kemerdekaan. Adapun orang-orang itu diantaranya seperti Budi Utomo, R. A Kartini sang pelopor emansipasi wanita, dan cikal bakal gerbang emas menuju pendidikan yang merdeka bagi rakyat pribumi dipelopori oleh Ki hadjar Dewantara dengan didirikannya Taman Siswa di Yogyakarta pada tahun 1922.

   Muthofin dalam (Susilo Sigit Vebrianto 2018: 36) berdasarkan sudut pandang isinya pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara memiliki kriteria-kriteria yang secara eksplisit mengandung enam unsur yaitu:

1)      pendidikan kebebasan (merdeka);

2)      pendidikan kemanusiaan (humanisme);

3)      pendidikan spiritual (kodrat alam);

4)      pendidikan budi pekerti;

5)      pendidikan sosial (kekeluargaan); dan

6)      pendidikan kepemimpinan (Tut Wuri Handayani).

Ki hajar Dewantara dalam (Susilo Sigit Vebrianto 2018: 38-39) mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan tanpa didasari nilai-nilai budaya lokal bangsa kita hanya akan menjadi bangsa yang selalu mengikuti  bangsa orangb lain. Dapat disimpulkan sejak awal konsep pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah bebas dan merdeka namun tidak boleh meninggalkan sisi budaya Indonesia yang beragam dan nilai-nilai yang terkandung dalam agama.

Readers, seperti yang kalian baca penjelasan diatas merupakan cikal bakal lahirnya pendidikan di Indonesia serta sedikit pemahaman mengenai pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan. Tentu saja dari masa sebulum kemerdekaan dilanjutkan kita merdeka pada tahun 1945 hingga saat ini sudah tahun 2022 banyak sekali perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Untuk lebihjelasnya kalian dapat menonton video pada link di bawah ini:

 https://youtu.be/T3Ngjo7FOb8

Readers, seperti yang kita ketahui dunia pada era globalisasi ini sudah semakin maju dengan ilmu pengetahuan dan bidang teknologinya. Hal ini sangat mendunia begitupun dengan Indonesia yang terkena dampak dari kemajuan tersebut. Namun, segala sesuatu tentu saja memiliki sisi positif dan negatifnya begitupun perkembangan IPTEK untuk dunia pendidikan. Budaya Barat merupakan salah satu belenggu bagi Indonesia dimanda Indonesia yang memiliki landasan Pancasila serta budi luhur akan sopan dan santun.

Perihal dari perkembangan IPTEK maka kurikulum untuk saat ini di Indonesia diterapkan dengan yang namanya kurikulum merdeka dimana berlandaskan oleh Profil Pelajar Pancasila (PPP). Peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih bidang studi yang diminatinya, proses pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik peserta didik, dan juga model pembelajran yang berlangsung harus berpusat kepada peserta didik sementara guru di dalam kelas hanya sebagai instruktur akan terlaksanya proses pembelajaran tersebut.

Peubahan kurikulum ini juga menimbulkan masalah-masalah baru readers loh, dimana guru-guru yang lansia kudet akan teknologi, dengan perubahan kurikulum juga mengharuskan lembaga pendidikan merancang perangkat pembelajaran yang baru, dan juga guru-guru harus lebih giat mengasah diri mereka baik dari segi materi maupun memperdalam segala model ajar yang sistem pembelajarannya berpusat pada peserta didik.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka langkah awal harus adanya pelatihan dibidang teknologi pada setiap guru yang kudet akan teknologi dalam dunia pendidikan, dilanjutkan oleh pemahaman memperdalam tentang kurikulum merdeka itu sendiri, kemudian pelatihan akan menyusun perangkat ajar yang sesuai dengan kurikulum merdeka, dan juga mengevaluasi diri serta belajar lagi baik dari segi materi maupun cara mengajar yang berpusat pada peserta didik.

            Oke, deh. Sekian dulu ya readers semoga tulisanku sedikit bermanfaat buat kalian semua. Salam kenal dan sayang dariku J J


DAFTAR PUSTAKA

Pengerak, Pendidikan Guru : “Pendidikan Zaman Kolonial” Youtube, diunggah oleh Pendidikan Guru Penggerak, 21 Agustus 2021. Diakses pada 13 Oktober 2022. https://youtu.be/M90E2vT7zF4

Pidato Sambutan Ki Hadjar Dewantara: Dewan Senat UGM 7 November 1956. LMS PPG Prajabaran. Diakses pada 13 Oktober 2022. https://tinyurl.com/yc64n6cm

Susilo, Sigit Vebrianto. 2018. “ Refleksi Nilai-Nilai Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dalam Upaya Mengembalikan Jati Diri Pendidikan Indonesia”. Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 4, No. 1.

Komentar